Bengkel Sastra Alih Wahana kuatkan Ekosistem Sastra diHari Keenam di Festival Bahasa dan Sastra Metro 2024
Metro, 07 Oktober 2024 — Rangkaian kegiatan Festival Bahasa dan Sastra Metro 2024 semakin menarik perhatian, terutama dengan diadakannya workshop alih wahana pada hari keenam, Senin (07/10). Kegiatan yang dilaksanakan di Taman Semilir, Kota Metro, ini berhasil menarik 20 peserta yang berasal dari berbagai kalangan, seperti pelajar, mahasiswa, dan komunitas seni. Workshop tersebut diselenggarakan oleh LKP Komunitas Ruang Pojok dan dipandu oleh Imam Susanto, pendiri Sanggar Kaliptra, yang menjadi pemateri pada sesi kedua.
Imam Susanto memulai sesi dengan memperkenalkan konsep alih wahana, yaitu proses mengadaptasi sebuah karya sastra ke dalam bentuk seni lain seperti teater, film, atau seni visual. “Alih wahana adalah salah satu cara memperkaya karya sastra, menjadikannya dapat diakses oleh lebih banyak orang dan melalui beragam medium,” ujar Imam. Ia juga menjelaskan bahwa dengan alih wahana, sebuah cerita bisa mendapatkan interpretasi baru yang lebih hidup melalui media lain.
Dalam sesi ini, Imam memberikan contoh bagaimana sebuah cerpen bisa dialihwahanakan menjadi sebuah drama panggung. Proses ini melibatkan penyusunan ulang elemen cerita seperti karakter, plot, dan dialog, sambil tetap menjaga esensi dan pesan dari karya asli. Imam menekankan bahwa kreatifitas dalam alih wahana tidak hanya soal mengubah format, tetapi juga tentang menerjemahkan emosi dan pesan yang mendalam. “Alih wahana bukan hanya tentang mengganti medium, tetapi bagaimana kita mentransformasikan makna dari kata-kata menjadi sesuatu yang bisa dirasakan secara visual atau auditori,” jelasnya.
Para peserta yang terdiri dari berbagai latar belakang seni tampak antusias dalam mengikuti sesi ini. Salah satu peserta dari kalangan komunitas seni menyatakan bahwa pengalaman ini membuka cara pandang baru dalam berkarya. “Ini adalah kali pertama saya mencoba mengubah cerpen menjadi naskah drama, dan saya merasa proses ini sangat memperkaya kemampuan saya dalam memahami cerita,” ungkapnya.
Selain pemaparan teori, Imam juga mengajak para peserta untuk langsung terlibat dalam latihan praktis. Mereka diminta memilih sebuah karya sastra yang kemudian diadaptasi menjadi konsep pementasan teater. Imam memberikan arahan secara langsung dan membimbing para peserta untuk berpikir kreatif dalam menyesuaikan cerita dengan format yang baru. Sesi ini memberi kesempatan bagi peserta untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam menggabungkan elemen sastra dengan seni visual dan performatif.
Diskusi yang interaktif juga menjadi bagian penting dalam workshop ini. Para peserta berdiskusi dengan Imam mengenai tantangan yang sering dihadapi dalam proses alih wahana, termasuk bagaimana menjaga keseimbangan antara kreativitas dan kesetiaan pada karya asli. Imam menekankan pentingnya menghormati karya sastra yang diadaptasi sambil tetap memberikan ruang bagi kreativitas baru.
Solihin Utjok, ketua panitia Festival Bahasa dan Sastra Metro 2024, mengatakan bahwa tujuan utama dari workshop ini adalah untuk memperkenalkan konsep alih wahana sebagai sarana bagi para seniman muda untuk lebih eksploratif dalam berkarya. “Kami berharap peserta dapat mengambil banyak pelajaran dari workshop ini, terutama tentang bagaimana mereka bisa memperluas bentuk karya mereka melalui berbagai medium,” jelas Solihin.
Festival Bahasa dan Sastra Metro 2024 masih akan berlanjut dengan berbagai kegiatan yang tidak kalah menarik hingga beberapa hari ke depan. Bagi masyarakat yang ingin terlibat atau mengikuti perkembangan acara, panitia dari LKP Komunitas Ruang Pojok siap memberikan informasi lebih lanjut. Festival ini bertujuan untuk mempertemukan berbagai talenta muda di dunia seni dan sastra, menciptakan ruang kolaborasi yang kaya akan inovasi dan kreativitas.
Penulis: Dwi Kurniawan
Editor: Amin Budi Utomo