
Pada umumnya, saat lebaran orang-orang akan berkumpul, bersilaturahmi, dan melepas rindu pada sanak saudara. Namun bagi Noto (29), kurir di salah satu jasa ekspedisi di wilayah Lampung Tengah, lebaran justru menjadi momen paling sibuk. Ia tetap bekerja selama lebaran, bahkan di hari pertama. Karena ribuan paket terus datang setiap harinya dan harus sampai di tangan pelanggan tepat pada waktunya.
“Ngga ada tanggal merah, kalender kami hitam semua warnanya.” Ujar Noto.
Sejumlah kurir dari layanan seperti J&T, SiCepat, Ninja Xpress, hingga masih terlihat beroperasi di hari lebaran, bahkan di hari pertama. Namun, ada sistem libur bergilir agar para kurir bisa berlebaran walaupun hanya satu hari. Sistem ini untuk memastikan paket-paket tetap sampai di tangan penerimanya.
“Ya sebenernya pengen juga lebaran bebas main sana-sini, namanya juga lebaran. Tapi ada senengnya juga bisa bantu orang lain walaupun cuma dengan nganter paket. Isinya macem-mecem, ada juga baju lebaran tapi gas empet dipake lebaran, karena saking banyaknya paket jadi telat juga dari sananya,” ucapnya lirih, sembari membetulkan jaket hitamnya yang sudah berdebu setelah perjalanan dari gudang.
Dalam diam dan lelah yang ditahan, mereka memastikan ribuan paket tetap tiba di tangan penerima. Mereka adalah pekerja yang bekerja di balik sorotan, kelompok yang tak terdengar sorak-sorainya, tapi selalu hadir dan berperan penting dalam dunia masyarakat modern.
Beberapa pelanggan bahkan menyambut kurir dengan bingkisan kecil, minuman dingin, atau sekadar ucapan terima kasih. Hal kecil itu, menurut para kurir, justru menjadi energi besar yang membuat mereka tetap semangat di hari yang seharusnya menjadi waktu beristirahat.
“Saya sampai terharu, ada gadis kecil yang memberi saya bingkisan padahal saya baru pertama kali mengantar paket untuk gadis itu, di dalamnya ada surat kecil bertuliskan ‘doakan orang tua Syifa sehat ya’,” ucap Noto sambil tersenyum.
Cerita kurir seperti Noto ini mencerminkan wajah lain dari ketulusan Idulfitri. Bukan hanya menerima, tetapi memberi. Memberi waktu, tenaga, dan dedikasi, demi menjalankan tanggung jawab. Kisah ini bukan hanya tentang pekerjaan, melainkan tentang humanisme dalam profesi sederhana, di tengah hiruk pikuk euforia lebaran.
Penulis: Arum Trisnaning Tyas