Ruang Pojok

Tradisi Kupatan: Warisan Budaya Nusantara Sarat Makna

source by google.com

Ketupat Janur yang identik dengan Perayaan Umat Islam di Indonesia di Hari Idul Fitri, Kupat Janur Cocok digunakan untuk Soto Banyumasan (foto: Unsplash)

Usai perayaan Idukfitri , sebagian masyarakat Muslim di Indonesia melakukan sebuah tradisi yang biasa disebut Kupatan atau lebaran Ketupat. Kupatan umumnya dilakukan di hari ke delapan Bulan Sawal. Tradisi ini dilaksanakan dalam rangka penutupan ibadah Ramadhan serta puasa Syawal.

Kupatan bukan sekedar pesta makan ketupat. Kupatan mengandung makna sosial, spiritual, dan budaya. Bahkan Kupatan telah menjadi salah satu kearifan lokal dan memperkuat identitas Islam Nusantara.

Sunan Kalijaga, salah sat dari Wali Songo merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan Kupatan. Hal ini dilakukan pada masa penyebaran Islam di tanah Jawa. Ketupat digunakan sebagai media dakwah dengan mengaitkan nilai-nilai keislaman yang dibalut dengan budaya.

Dilansir dari NU Online, Sunan Kalijaga mengenalkan istilah “Ngaku Lepat” (mengakui kesalahan) dan “Laku Papat” (empat tindakan) yang menjadi dasar filosofis dari tradisi Kupatan. Empat laku itu adalah:

  1. Lebaran: menandai kemenangan setelah Ramadhan.
  2. Luberan: mengajak untuk saling berbagi.
  3. Leburan: Saling memaafkan antar sesama.
  4. Laburan: membersihkan diri lahir dan batin.

Makna Filosofis Ketupat:

Ketupat memiliki makna yang mendalam. Dilansir dari Liputan6.com, anyaman janur yang membungkus ketupat mencerminkan kesalahan dan dosa manusia yang rumit. Kemudian setelah dibuka, isi ketupat yang putih menggambarkan niat suci untuk kembali ke fitrah.

Nilai Sosial dan Religius:

Kupatan memiliki nilai-nilai sosial yaiitu silaturahmu, gotong royong, dan kerukunan antar tetangga. Hal ini karena dalam pelaksanaannya tradisi Kupatan dapat mempererat hubungan masyarakat.

Zastrouw Al-Ngatawi, Budayawan NU menyebut Kupatan sebagai “sublimasi ajaran Islam ke dalam budaya lokal”.

Tradisi Kupatan Merupakan salah satu kearifan lokal yang menggambarkan keselarasan antara ajaran agama dan budaya. Kupatan mengajarkan untuk mempererat persaudaraan serta menjaga kesucian hati.

Penulis: Arum Trisnaning Tyas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *