
Saat gema takbir menggema di penjuru negeri, sebagian besar orang larut dalam hangatnya pelukan keluarga. Namun, tidak demikian dengan Meida Sari (21), seorang pegawai klinik di Lampung Tengah. Di hari Lebaran, ia tetap mengenakan seragam putihnya, bukan baju baru lebaran.
“Sedih pasti ada, tapi saya sudah komitmen dari awal, ini bagian dari tanggung jawab saya,” ungkap Meida.
Hari-hari menjelang dan sesudah Idulfitri adalah masa rawan untuk layanan kesehatan. Dari kasus kelelahan karena mudik, gangguan pencernaan akibat makanan khas lebaran, hingga perawatan lanjutan pasien rutin. Semuanya membutuhkan perhatian medis. Di tengah keterbatasan jumlah petugas karena cuti bersama, Meida memilih untuk tetap siaga.
“Kalau pas lebaran gini macem-macem pasiennya. Ada yang jatuh karena roknya masuk ruji, luka bakar pas masak-masak, bocil digigit kucing, sampai kecelakaan karena ngantuk di jalan. Nnati kalau hari ke sekian, biasanya yang datang itu karenaa tensi naik, kolesterol, maag, macam-macam penyakit setelah makan macam-macam makanan.” Ujar Meida saat bisa ditemui di hari ketiga lebaran karena jatah libur tetap seperti hari biasa.
Lebaran bukan berarti kosong dari tugas. Dalam sehari, ia bisa melayani belasan pasien. Namun, semangat Meida tak surut. Ia justru menemukan makna lain dari pengabdian. Meida sendiri berharap agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya tenaga kesehatan yang selalu siaga, tak hanya saat pandemi, tetapi juga di momen spesial seperti Lebaran.
Penulis: Arum Trisnaning Tyas